Selasa, 13 Maret 2012

Syeh Ahmad Khatib Minangkabawi: Guru Falak KH Ahmad Dahlan (Reformasi Arah Kiblat Masjid Besar)

Dalam catatan sejarah, konon KH Hasyim As’ary merupakan salah satu dari santri Syeh Ahmad Khatib al-Syafii. Begitu juga KH Ahmad Dahlan, ketika beliau menunaikan haji yang pertama, juga berguru (nyantri) pada ulama-ulama’ terkemuka asal Indonesia di Makkah.

Syeh Ahmad Khatib salah satu pakar dan ulama yang memiliki kemampuan dalam ilmu matematika, seperti; geometri dan tringonometri yang berfungsi untuk memprediksi dan menentukan arah kiblat, serta berfungsi untuk mengetahui rotasi bumi dan membuat kompas yang berguna saat berlayar. Kajian dalam bidang geometri ini tertuang dalam karyanya yang berjudul (Raudat al-Hussab dan Alam al-Hussab).

KH Ahmad Dahlan benar-benar terkesima dengan sang Guru. Setelah ngaji ilmu falak kepada Syeh Ahmad Khotib Minangkabawi (Sumatra), dan menguasai dengan baik, beliau berguru juga kepada Syeh Mohammad Mahfud al-Turmusi (Jawa Timur) berlajar fikih al-Syafii. Setelah dirasa cukup, beliau pulang ke Jokjakarta dengan membawa bekal ilmu falak yang mapan dan ilmu fikih al-Syafii yang mumpuni.

Oleh karena itu, langkah pertama yang dilakukan ialah membetulkan arah kiblat yang selama ini kurang tepat, karena menurut ulama fikih, salah satu syarat sholat ialah harus menghadap kiblat. KH Ahmad Dahlan merrasa bertanggung jawab meluruskan salah kaprah kiblat masjib besar selama ini. Umumnya, masjid dan musolla di Jokjakarta menghadap ke jurusan timur dan orang-orang sholat di dalamnya menghadap kea rah barat lurus. Padahal, arah kiblat yang benar ialah menuju kiblat (ka’bah). Dari tanah Jawa, haruslah miring kea rah utara kurang lebih 24 derajat dari sebelah barat.

Syeh Muhammad Mahfud al-Turmusi dan Syeh Ahmad Khotib Minangkabawi benar-benar meng-ispirasi KH Ahmad Dahlan yang barus saja pulang dari ngaji kitab-kitab klasic di kota suci Makkah. Keberanian Ahmad Dahlan itulah yang patut di acungi jempol, dan perubahan itu bukanlah serta merta, tetapi karena pengetahuan ilmu agama (fikih), dan pengetahuan ilmu falak yang benar sebagaimana yang di ajarkan gurunya.

Sebagai bukti, bahwa Syeh Ahmad Khotib benar-benar menguasai ilmu agama dengan sempurna dan kemampuan falkanya yang mapan. Di bawah beberapa karya Syeh Ahmad Khotib Abdul Latif al-Mminkabawi yang terkait dengan ilmu Falak (astronomi) serta ilmu yang lainnya dengan menggunakan bahasa Arab. Kitab-kitab ini banyak dan beredar di Singgapura. Di antara kitab-kitab tersebut antara lain:
1- كتاب علم الحساب في علم الحساب، الشيخ أحمد خطيب بن عبد اللطيف .
2- الجواهر النقية في الأعمال الجيبية ، ، الشيخ أحمد خطيب بن عبد اللطيف
3- الجواهر الثمينة في العمل بالربع المجيب، الشيخ أحمد خطيب بن عبد اللطيف .
4- نتيجة العمر ، الشيخ محمد طاهر جلال الدين
5- فارتي كيرأن ، الشيخ محمد طاهر جلال الدين
6- نخبة التقريرات ، الشيخ محمد طاهر جلال الدين

Semasa hidupnya, beliau menulis 49 buku tentang masalah-masalah keagamaan dan kemasyarakatan. Publikasinya tersebar hingga ke wilayah Syiria, Turki dan Mesir. Beberapa karyanya tertulis dalam Bahasa Arab dan Melayu, salah satunya adalah al-Jauhar al-Naqiyah fi al-A’mali al-Jaibiyah.

Kitab tentang ilmu Miqat ini diselesaikan pada hari Senin 28 Dzulhijjah 1303 H. Karya lainnya adalah Hasyiyatun Nafahat ala Syarh al-Waraqat. Syeikh Ahmad Khatib menyelesaikan penulisan kitab ini pada hari Kamis, 20 Ramadhan,1306 H, isinya tentang usul fiqih. Karyanya yang membahas ilmu matematika dan al-Jabar adalah Raudhatul Hussab fi A’mali Ilmil Hisab yang selesai dirulis pada hari Ahad 19 Dzulqo’dah 1307 H di Makkah. Kitab-kitab lainnya adalah al-Da’il Masmu’fi al-Raddi ala man Yurist al-Ikhwah wa Aulad al-Akhawat ma’a Wujud al-Ushl wa al-Manhaj al-Masyru’, Dhau al-Siraj dan Shulh al-Jama’atain bi Jawazi Ta’addud al-Jum’atain.

Dari sini bisa disimpulkan bahwa santr-santri nusantara yang pernah belajar di Makkah memiliki ikatan kuat, mulai madhab al-Syafii dan akidah al-Asyari. Dan sebagian besar dari mereka adalah para pengikut tariqoh. Tetapi seiring dengan perkembangan jaman, sedikit demi sedikit pemerintah Arab Saudi melarang segala bentuk tariqoh, dan menentukan madhab pemerintah dengan Mahhab Imam al-Hambali, walaupun praktek sholat tarawih masih mengikuti al-Syafii, begitu juga khutbah jum’ah masih menggunakan mimbar serta dua adzan. Wallau a’lam

Tarbawi

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda