Rabu, 22 Februari 2012

Nubuat (Ramalan) Tentang Muhammad SAW Dari Beberapa Agama (Zoroaster, Hindu, dan Buddha)



Dalam kesempatan kali ini, kembali saya ajak Anda sekalian untuk lebih jauh mengenal tentang diri Nabi Muhammad SAW dan ajarannya (Islam). Mulai dari kabar/ramalan (nubuat) tentang kehadirannya hingga pada makna kata dari namanya yang tiada lain tidak ada celahnya.


Sebelumnya, saya sangat berterimakasih kepada saudara Abdul Haq Vidyarthi (Juru dakwah dan penulis Islam yang mendapatkan gelar Vidyarthi karena pengetahuannya yang sangat mendalam tentang kitab Weda) yang telah membagikan ilmunya meski berasal dari hasil perenungan dan penelitiannya. Karena dari bantuannyalah saya pun akhirnya semakin banyak memahami makna dan hakekat dari ajaran Islam, khususnya dari sudut padang agama Zoroaster, Hindu, dan Buddha.


Untuk mempersingkat waktu, marilah kita memulai penjelasan ini dengan hati yang tenang dan penuh cinta. Semoga bisa memberikan berkah dan wacana yang lebih luas bagi diri kita semua.


1. Muhammad, nama yang tak tercela


Dalam Zenda Avesta, buku yang diakui di tulis oleh Zaratushtra (kitab ajaran Zoroaster) misalnya, dikatakan bahwa Muhammad sebagai “Astvat-ereta” atau Soeshyant (rahmat bagi dunia). Dalam kitab suci Hindu, Muhammad disebut sebagai “Narashansah Astvisyate” (yang terpuji dan yang Diagungkan). Dalam kitab suci agama Buddha disebutkan bahwa setelah sang Buddha Agung akan ada sang Buddha Maitreya (rahmat, ampunan) yaitu tiada lain adalah Muhammad.



Sedangkan nama dari Muhammad sendiri memiliki banyak keunikan, diantaranya adalah tidak tercela dari segi arti meski di eja dalam banyak cara, seperti; Muhammad, Mahamet, Mohamet, Mahemmet dan Mehemet. Sebagai bukti berikut penjelasannya:


a) Mahamet atau Muhammad. Kata ini seperti berasal dari kata “Maaha” dan “Metta”. Kata “Maho” atau “Maha” dalam bahasa Pali dan Sansekerta berarti “Agung, Hebat”. “Metta” berarti “ampunan”. Karenanya, seluruhnya kata Mahamet atau Muhammad berarti “ampunan yang agung” atau “ampunan yang besar”.



b) Mohamet. Sepertinya terdiri dari kata “Moh” dan “Metta”. “Moh” dalam bahasa Sansekerta berarti “kasih sayang atau simpati”. Karenanya, seluruh kata Mohamet berarti “ampunan yang penuh kasih sayang dan simpati”.


c) Mehemet. Sepertinya terdiri dari kata “Meh” dan “Metta”. Meh dalam bahasa Sansekerta berarti hujan. Karenanya, seluruh kata Mehemet berarti “Hujan ampunan” atau “seorang yang memberi ampunan laksana hujan”.



d) Mahemmet. Sepertinya berasal dari kata “Mahema” atau “Mahima” yang dalam bahasa Sansekerta berarti “keagungan, kemegahan”. Karenanya, seluruh kata Mahemmet berari “ampunan yang agung” atau “ampunan yang besar”.


Jadi, dengan melihat penjelasan diatas, maka tidak diragukan lagi bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang yang sangat layak untuk ditiru tingkah lakunya (Sunnah) dan bahkan menjadi Nabi utusan Allah SWT. Karena dari namanya saja telah menunjukkan banyak rahmat dan kemuliaan.



2. Nubuat Muhammad SAW dalam agama Zoroaster

Zoroaster/Zoroastrianisme secara umum dikenal sebagai Parsi-isme adalah agama kuno bangsa Persia. Ini adalah agama yang dianut bangsa Iran jauh sebelum kedatangan Islam. Agama ini juga disebut sebagai agama para “Penyembah Api” atau “Magianisme”. Berbagai kitab suci mereka bisa ditemukan dalam bahasa Zendi dan Pahlawi.


Selain kedua jenis kitab tersebut, terdapat juga beberapa kitab yang menggunakan aksara Cuneiform. Kitab berbahasa Pahlawi menyerupai literatur Persia masa sekarang, tetapi Zendi dan Cuneiform sangat jauh berbeda. Dua bagian kitab Iran kuno ini sangatlah penting – satu dikenal sebagai Dasatir dan yang lain Vesta dan Zenda Avesta. Setiap bagian kitab itu terbagi dua – Khurda Dasatir dan Kalam Dasatir, Khurda Avesta dan Kalam Avesta juga dikenal sebagai Zend atau Maha Zend.



Ada banyak nubuat yang jelas di dalam Zent Avesta (buku yang diakui di tulis oleh Zaratushtra) mengenai Al-Qur`an, Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Sebagian nubuat (ramalan) itu hanya bersifat mistik dan diungkapkan dalam bahasa yang tidak bisa diterima tepat secara harfiah. Namun bila kita mengintrepretasikan dengan cara yang tepat dan mengolaborasikan dengan berbagai nubuat tersebut dengan fakta-fakta sejarah, maka berbagai nubuat tadi dengan jelas mengacu pada Rasulullah Muhammad SAW dan bukan orang lain.


Contoh, di dalam Vendidad, bagian pertama dari Zent Avesta, dan Yashts, bagian kedua dari kitab yang sama, tercatat kalau ada penerus Zoroaster yang masih tersembunyi yang akan muncul beberapa lama setelah Zoroaster.

“Seorang wanita akan mandi di danau Kasava dan akan hamil. Dia akan melahirkan nabi yang dijanjikan “Astvat-ereta” atau ”Soeshyant” (rahmat bagi dunia), yang akan melindungi Iman Zoroastrianisme, menumpas iblis, meruntuhkan berhala, dan membersihkan para pengikut Zoroaster dari kesalahan mereka” (Zent Avesta)



Danau Kasava disini bukanlah danau dalam bentuk fisik, melainkan mata air ruhani atau “Kautsar” dari Nabi Muhammad SAW, seperti yang dikatakan Al-Qur`an “Telah kami berikan kepadamu Al-Kautsar”. Kautsar ini tidak lain dan tidak bukan adalah Al-Qur`an yang merupakan sebuah tambang kebenaran dan memuar berbagai ajaran dari semua Nabi. Melalui Kautsar inilah Rasulullah SAW menjadi peneguh semua Nabi dan juga menjadi “Yang dijanjikan” yang disebut semua agama. Nubuat Zoroaster menyebut “Yang dijanjikan” akan melindungi berbagai ajarannya seperti halnya dia melindungi ajaran dari beberapa Nabi lainnya. Dan air yang mengalir dari mata air ini memadamkan api yang menyala di dalam kuli Zoroaster.


Berikut terjemahan dari nubuat yang asli:

“Takzim kami pada para pelindung Fravashes yang teguh, yang bertarung disisi Tuhan…. Mereka datang kepadanya laksana gerombolan elang perkasa. Mereka datang bak senjata dan perisai, melindunginya dari belakang dan dari depan, dari yang terlihat, dari iblis varenya betina, dari semua penyebar kebatilan yang ingin mencelakainya, dan dari iblis yang menginginkannya musnah, Angra Mainyu (Abu Lahab). Seakan ada ribuan orang melindungi satu manusia, sehingga tidak ada pedang yang terhunus, gada yang diayun, panah yang meluncur dari busur, lembing yang terbang, maupun batu yang dilempar yang bisa mencelakainnya” (Farvadin Yasht, 63, 70-72)


Dari nubuat diatas, jelas memberikan gambaran terhadap perlindungan atam iman Zoroaster dan kesetiaan serta pengorbanan tanpa pamrih para sahabat Rasulullah. Bagaimana mereka membangun benteng manusia di sekeliling Rasulullah SAW untuk melindunginya dari serangan musuh adalah fakta sejarah, tetapi bagaimana “Kautsar” yang diberikan kepada Rasulullah bisa merasuk ke dalam berbagai ajaran Zoroastrianisme dan melindungi ajaran tersebut, akan terlihat dari berbagai kutipan berikut ini:



a) “Allah itu Esa” tetapi keesaan-Nya bukan dalam bentuk keesaan jumlah melainkan sebuah atribut pribadi. Zoroaster dalam Namah Shat Vskshur Zartusht Dasatir, h. 69, berkata “Dia itu Esa, tetapi bukan Esa dalam jumlah”


b) “Dan tidak sesuatu pun yang setara dengan-Nya” (QS. Al-Ikhlash [112] : 4). Kami menemukan Dasatir (buku sepuluh bagian yang memuat hukum dan aturan agama) memuat “Dia tidak memiliki satupun yang serupa dengan-Nya”



c) “Tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia” (QS. As-Syura [42] : 11). Di dalam Dasatir kami menemukan “Tidak ada satupun yang menyerupai-Nya”


d) Dasatir berkata “Dia tanpa awal ataupun akhir, musuh, prototipe, teman, ayah, ibu, anak, tempat berlindung, tubuh ataupun bentuk, warna ataupun aroma” Al-Qur`an dengan lebih indah mengatakan “Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia” (QS. Al-Ikhlash [112] : 2-4)



e) Dasatir menyebutkan “Dia memberi hidup dan keberadaan pada segala sesuatu” . Al-Qur`an menginformasikan “Dia menciptakan segala sesuatu” (QS. An-`Aam [6] : 102)


f) Dasatir menyebutkan “Dia melebihi semua yang bisa engkau bayangkan” Al-Qur`an menyebutkan “…. Dia memiliki sifat Yang Maha Tinggi….” QS. Ar-Ruum [30] ayat 27



g) Dasatir menyebutkan “Jangan kecewa dengan semua rahmat dan kebaikan-Nya”. Al-Qur`an mengatakan “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Tuhanmu” (QS. Az-Zumar [39 ] : 53)


h) Ada tiga cara wahyu diturunkan yaitu dalam mimpi, kondisi antara mimpi dan terjaga dan dalam kondisi terjaga penuh.


i) Selain itu, di dalam Dasatir ditemukan pula berbagai perintah bagaimana berlaku lemah lembut, tentang pernikahan, kesucian, pemenuhan janji, larangan terhadap Khamar, memotong rambut bayi yang baru lahir, membasuh tubuh dengan mandi, berwudu, tayamum, dll.



Demikianlah keterangan dari ajaran Zoroastrianisme mengenai sosok reformis mereka, yakni Astvat-ereta (Muhammad), orang Arab yang sosok pribadinya, sahabat-sahabatnya, juga ajarannya dihargai dan dipuji oleh Zoroaster. Seorang yang dianggap akan meluruskan iman orang-orang Persia, menghancurkan berhala dan akan menghadapkan wajah orang-orang Persia ke arah Ka`bah dalam ibadah mereka.


“Namanya akan bermakna, Yang Menang, “Soeshyant” dan yang namanya akan berarti “Astvat-ereta”. Dia akan menjadi Soeshyant (sang penolong) karena dia akan bermanfaat bagi seluruh dunia. Dia akan menjadi Astvat-ereta (dia yang membantu umat bangkit) karena sebagai makhluk, dia akan berdiri menentang penghancuran yang dilancarkan mereka yang menyembah berhala dan kelompoknya dan kesalahan orang-orang Mazdaynians” (Farvadin Yazht, XXVII: 129)


Selain itu, dalam Dasatir juga dijelaskan tentang diri Astvat-ereta (Muhammad) ini. Sebagaimana ayat berikut adalah penggalan dari Dasatir yang diterbitkan oleh Mulla Pheroze dengan bantuan pendeta Zoroastrian pada zaman Nasir-ud-Din Kachar, Shah (raja) Persia:




Terjemahannya:

“Ketika seperti itu perbuatan yang akan dilakukan bangsa Persia, dari tengah-tengah bangsa Arab seorang pria akan dilahirkan dari tengah-tengah pengikut dimana tahta dan kekuasaan dan dulat dan agama bangsa Persia semua akan musnah dan hilang. Dan akan bangsa yang sombong bertekuku lutut. Mereka akan saksikan bukannya rumah penuh berhala dan kuil-kuil api melainkan rumah ibadah dari Ibrahim tanpa satu pun berhala di dalamnya Ka`bah. Dan mereka akan menjadi rahmat bagi dunia dan kemudian mereka akan kuasai tempat-tempat dari kuil-kuil api Madian atau Cteshipon dan wilayah sekelilingnya darinya dan Tus dan Balkh dan tempat-tempat lain yang penting sui dan pemimpin agama mereka, mereka adalah seorang pria jernih turu sapa dan pesannya atau apa yang akan dia katakan akan terbukti benar”


Tidak ada nabi lain kecuali Nabi Muhammad SAW yang bisa menjadi pengejawantahan dari nubuat ini dengan begitu tepat. Beliau adalah “yang terpuji”, keberadaannya adalah rahmat bagi alam semesta. Sedangkan nabi-nabi sebelumnya hanya bersifat untuk kalangan umatnya sendiri. Beliau adalah seorang yang memperbaiki kesalahan penyembah berhala dan kaum Mazdaynians sebagai tindakan khususnya. Dialah pemenang yang penuh kasih yang tergambarkan dari perlakuan yang ia berikan kepada para musuhnya setelah penaklukan Makkah. Mereka itu beliau bebaskan hanya dengan berucap; “Tidak akan ada balas dendam atas kalian hari ini”.


Biarkan orang-orang Persia percaya dengan fakta jelas ini dan mematuhi Tuhan mereka dan memenuhi harapan Zoroaster. Dikatakan “Orang-orang bijak di Iran dan lainnya akan mengikuti mereka” (Dasatir).



3. Nubuat Muhammad SAW dalam agama Hindu

Muhammad dalam kitab ajaran Hindu dikenal dengan Narashansah Astvishyate (Rahmat bagi dunia).

Berbagai nubuat dalam ajaran agama Hindu juga bisa ditemukan dalam kitab-kitab suci agama Hindu. Ada tiga bagian kitab suci Hindu: Weda, Upanishad dan Purana. Sedangkan Granth Brahmana, satu lagi kitab suci Hindu tidak lebih dari komentar terhadap Weda, tetapi tetap dimasukkan ke dalam goongan kitab wahyu (Shurti).



Kitab Weda dianggap sebagai kitab yang tertua. Bahkan ada cendikia yang beranggapan bahwa kitab Weda diturunkan 1,3 miliar tahun yang lalu (Swami Daya Nand, pendiri Arya Samaj, gerakan reformis Hindu di India yang didirikan tahun 1875). Kitab Weda juga dianggap sebagai kitab suci Hindu yang paling autentik dan mandasar dari Hindu Dharma.


Kitab yang berada di bawah Weda dalam hal otoritas adalah Upanishad. Di dalam Upanishad pun kita akan menemukan ungkapan superioritas atas Weda (Mandak Upanishad Mandak, 1: 1, 4-6 – Chhandogya VII: 1-2 – Shatpath, X:3, 5-12).



Kitab selanjutnya adalah Purana. Kitab ini sangat mudah dibaca dan tersedia luas, sedangkan Weda sangat sulit dimengerti dan jarang ditemukan. Penganut Hindu sangat menghormati kitab ini dan membacanya dengan penuh minat. Purana merupakan kompilasi penciptaan alam semesta, sejarah awal bangsa Arya dan kisah-kisah para Dewa dalam agama Hindu.


Bicara mengenai kitab Weda, maka kita tidak bisa lepas dari Maharishi Wyasa/Wiyasa. Ia adalah sosok yang sangat dihormati oleh kaum Hindu sebagai Rishi agung dan mendapat bimbingan langit. Dia adalah sosok yang sangat alim, takut kepada Tuhan dan manusia yang berhati suci. Dialah orang yang menyusun Weda di bawah berbagai tajuk. Dia juga menulis kitab yang sangat berharga yang berhubungan dengan sosial dan mistisisme. Gita dan Mahabharata adalah hasil karya penanya yang sangat luarbiasa. Namun karya terhebatnya adalah delapan belas volume kitab Purana. Yang terutama diantara kitab Purana adalah sebuah kitab yang dikenal sebagai “Bhavisya Puran” dimana sang Maharishi melontarkan pengamatan luar biasa tentang berbagai kejadian pada masa depan. Kaum Hindu menganggap kitab ini sebagai firman Tuhan sama halnya dengan Weda. Maharishi Vyasa hanyalah orang yang mengumpulkan kitab ini. Penulis sebenarnya adalah Sang Maha Kuasa.



Berikut cuplikan terjemahan dari “Bhavisya Puran” yang dicetak oleh Venktesh-war Press di Mumbai. Kami menemukan nubuat berikut di dalam Prakti Sagr Parv III: 3, 3, 5,-8:





Terjemahannya:

“Seorang malechha (berasal dari negara lain dan berbicara bahasa lain) guru spiritual akan datang bersama para sahabatnya. Namanya Muhammad. Raja (Bhoj) setelah memandikan Maha Dev Arab (yang serupa malaikat) di dalam “Panchgavya” dan sungai Gangga (untuk membersihkan dirinya dari dosa) menawarkan hadiah kepadanya atas pengabdiannya yang tulus dan menghormatinya, dan kemudian berkata “Aku membungkuk di hadapanmu, wahai kebanggaan manusia, penghuni Arabia. Engkau telah kumpulkan kekuatan besar untuk membunuh iblis dan engkau sendiri terlindung dari musuh-musuh malechha. Wahai citra Tuhan Yang Maha Asih, Tuhan Yang Maha Besar, akulah hamba-Mu, dan anggaplah aku sebagai hamba-Mu yang bersimpuh di hadapan-Mu”


Dalam sajak tentang Rasulullah Muhammad SAW ini, Maharishi Vyasa menggarisbawahi hal-hal berikut:


1. Nama sang Nabi dengan jelas disebut sebagai Muhammad.

2. Dia dikatakan berasal dari Arab. Kata marusthal dalam bahasa Sansekerta di dalam nubuat ini berarti jejak di atas pasir atau gurun.

3. Para sahabat Rasulullah SAW disebut dengan begitu jelas. Sangat jarang ada nabi diatas muka bumi ini yang memiliki sekelompok sahabat yang begitu banyak seperti dia.

4. Dia terjaga dari dosa dan memiliki penampakkan seperti malaikat.

5. Rasa India akan menunjukkan penghormatan yang teramat besar baginya.

6. Sang Nabi akan dilindungi dari musuh-musuhnya.

7. Dia akan menghancurkan kebathilan, meruntuhkan penyembahan berhala dan menghilangkan semua penyimpangan.

8. Dia akan menjadi citra Tuhan Yang Maha Kuasa.

9. Maharshi mengklaim dirinya bersimpuh di hadapan Sang Nabi.


10. Sang Nabi disebut sebagai kebanggaan umat manusia (Perbatis Nath).


Selain itu dan sebagai tambahan, Weda telah memuja Muhammad SAW sebagai tuntunan bagi dunia dan penyelamat umat manusia yang akan muncul di Makkah. Adapun diantaranya sebagai berikut:

1. Dialah Narashansah atau yang di puja (Muhammad).

2. Dialah sang pangeran atau sang pengelana yang tetap selamat walaupun berada di tengah musuh-musuhnya. (ayat 1)

3. Dialah sang rishi yang menunggang kuda. Dialah pemilik kereta kuda yang menjulang ke angkasa. (ayat 2)


4. Dialah Mamah Rishi yang menerima seratus rantai emas (seratus orang sahabat yang pertama mempercayai beliau dan menemani semasa kehidupan di Makkah yang penuh cobaan, kesusahan, dan akhirnya hijrah ke Abyssinia), sepuluh rangkaian bunga (sepuluh sahabat yang mulia dan di jamin Syurga), tiga ratus kuda tunggangan (tiga ratus orang sahabat yang ikut dalam perang Badar), dan sepuluh ribu ekor sapi (umat Islam yang ikut dalam penaklukan Makkah). (ayat 3)

5. Dia dan pengikutnya selalu menjalankan shalat, bahkan di medan laga sekalipun mereka tetap sujud. (ayat 4)

6. Dia memberikan kebijaksanaan kepada dunia, yaitu Al-Qur`an. (ayat 5)

7. Dialah raja dunia, manusia terbaik dan tuntunan bagi seluruh umat manusia, (ayat 6)

8. Dia telah menyediakan tempat berlindung bagi rakyat, memberi perlindungan kepada semua orang, dan menyebarkan perdamaian di atas dunia. (ayat 7-8)

9. Rakyat hidup bahagia dan makmur di bawah pemerintahannya, dan dari lembah kenistaan mereka bangkit menduduki puncak kemegahan. (ayat 9-10)

10. Dia diperintahkan bangun dan memberi peringatan kepada dunia. (ayat 11)


11. Dia sangat dermawan. (ayat 12)

12. Para pengikutnya telah diselamatkan dari permusuhan dan tipuan iblis. (ayat 13)

13. Di dalam ayat terakhir, Rishi telah membujuknya untuk menerima doanya dan meminta perlindungan dari mara bahaya dan kejahatan.


Berikut teks aslinya:




Jadi nubuat ini sangat jelas dan tidak ada keraguan sedikit pun terhadap penyematannya pada diri Muhammad. Kita telah melihat apa yang Brahmaji (Tuhan) wahyukan dan apa yang Vyasaji katakan pada dunia. Sang Maharishi menganggap Sang Nabi sebagai manusia yang shaleh secara sempurna dan tanpa dosa. Maka sang Maharishi menunjukkan loyalitas dan rasa hormatnya dengan cara bersimpuh di kaki Sang Nabi. Tidakkah kita atau siapapun kita untuk bisa mencermati dan berpikir tentang apa yang telah disampaikan oleh Maharishi Vyasa tentang Nabi Muhammad SAW, untuk kemudian mematuhi perintah Tuhan?



4. Nubuat Muhammad SAW dalam agama Buddha

Muhammad dalam agama Buddha disebut sebagai “Buddha Maitreya” atau “Metteyya”. Untuk menelaah tentang kehadiran Muhammad dalam agama Buddha maka kita bisa mengambilnya dari beberapa sumber. Diantaranya:


Sumber-sumber Burma/Myanmar:

“Akulah sang Buddha Agung. Tetapi setelah aku, Metteyya tiba. Sementara hidup bahagia ini terus bergulir, menyonsong bertahun-tahun kisahnya yang kan berlalu. Buddha ini yang kemudian disebut Metteyya, begitu agung dan menjadi teladan umat manusia” (Buddhism in Translation oleh Warren, hh. 482)



Sumber-sumber Srilangka:

Ananda bertanya pada yang Diberkati: “Siapa yang akan menuntun kami setelah kau tiada?”


Dan yang Diberkati menjawab:

“Bukanlah aku Buddha pertama yang dikirimkan ke atas dunia, dan bukanlah aku yang terakhir. Pada saatnya, seorang Buddha lain akan datang ke atas dunia ini. Buddha yang suci, yang sangat diberkati, diberi kebijaksanaan tindakan, keberhasilan, memahami jagat saya, pemimpin yang tiada tara, pemimpin para malaikat dan umat manusia. Dia akan memberimu kebenaran abadi yang sama seperti yang telah aku ajarkan kepadamu. Dia akan menyebarkan pesan-pesannya, mulia asalnya, gemerlap puncaknya, dan penuh kemenangan tujuannya. Dia akan mencanangkan kehidupan yang religius, sepenuhnya sempurna dan suci, seperti yang sekarang aku canangkan”


Ananda bertanya: “Bagaimana kami akan mengenalinya?”


Yang Diberkati menjawab:

“Dia akan dikenal sebagai Metteyya, nama yang berarti kebaikan” (The Gospel of Buddha oleh Carus, hh. 217-218)



Dari kedua contoh sumber di atas, maka menariknya adalah Nabi Muhammad SAW telah mengumumkan bahwa dirinya dikirim sebagai rahmat atau ampunan (Maitreya, Metteyya). Sebagaimana yang dijelaskan Al-Qur`an surat Al-Anbiya [21]: 107:


“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”


Sedangkan untuk keindahan pribadi Maitreya ini maka ada beberapa ungkapan yang indah, diantaranya:


“Tubuhnya laksana emas murni; terang, bersinar dan murni” (M. Vol, 2, hh. 561-562)


“Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan keindahan pribadi Maitreya” (M. Vol. II, hh. 562)



“Dalam berbagai pernyataan yang berkaitan dengannya, dia dikatakan memiliki karakter terbaik dan paling sempurna dikalangan manusia” (Budhhism oleh Monier William, h. 82)


Selain itu, ada sebuah catatan penting tentang kesamaan ciri yang disebutkan dalam beberapa literatur agama Buddha dengan fakta ketika Nabi Muhammad SAW hidup. Itu adalah mengenai “pertemuan dibawah pohon Bo”.


“Sang Buddha Maitreya akan menyebarkan pesan-pesannya dengan sukses besar di bawah pohon Bo” (Chamber`s Ency)



Beberapa orang shaleh dalam agama Buddha juga telah mengungkapkan keinginan mereka untuk mendengarkan sang Buddha Maitreya di bawah pohon ini. Seperti ungkapan I-Tsing:


“Biarkan aku mencari pertemuan pertama di bawah pohon bungan naga untuk mendengar alunan suara sang Buddha Maitreya” (h, 494. Catatan Kaki)


Dalam Al-Qur`an pertemuan ini disebutkan di surat Al-Fath [48]: 18:


“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon[1], maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)[2]



[1] Pada bulan Zulkaidah tahun keenam Hijriyyah Nabi Muhammad SAW. beserta pengikut-pengikutnya hendak mengunjungi Mekkah untuk melakukan ‘umrah dan melihat keluarga-keluarga mereka yang telah lama ditinggalkan. Sesampai di Hudaibiyah beliau berhenti dan mengutus Utsman bin Affan lebih dahulu ke Mekah untuk menyampaikan maksud kedatangan beliau dan kamu muslimin. Mereka menanti-nanti kembalinya Utsman, tetapi tidak juga datang karena Utsman ditahan oleh kaum musyrikin kemudian tersiar lagi kabar bahwa Utsman telah dibunuh. Karena itu Nabi menganjurkan agar kamu muslimin melakukan bai’ah (janji setia) kepada beliau. Merekapun mengadakan janji setia kepada Nabi dan mereka akan memerangi kamu Quraisy bersama Nabi sampai kemenangan tercapai. Perjanjian setia ini telah diridhai Allah sebagaimana tersebut dalam ayat 18 surat ini, karena itu disebut Bai’atur Ridwan. Bai’atur Ridwan ini menggetarkan kaum musyrikin, sehingga mereka melepaskan Utsman dan mengirim utusan untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum Muslimin. Perjanjian ini terkenal dengan Shulhul Hudaibiyah.

[2] Yang dimaksud dengan kemenangan yang dekat ialah kemenangan kaum muslimin pada perang Khaibar.


Karena adanya catatan tentang pohon Bo ini untuk Muhammad, dan pertemuan di bawah pohon ini sangat berarti dan terkenal di dalam sejarah umat Islam, maka Muhammad SAW adalah Sang Buddha Maitreya yang dimaksud dalam agama Buddha.



Sehingga dengan semua kajian diatas, maka bisa dipastikan bahwa kehadiran dan kenabian Muhammad SAW tidak bisa disangsikan dan memang telah di nubuatkan sejak kelahiran agama Buddha.


***


Kesimpulan

Berbicara mengenai nubuat Muhammad dan sebagaimana penjelasan di atas, maka tidaklah mengherankan bila ajaran Islam menjadi agama terbesar di dunia. Betapa tidak, diri Muhammad SAW – yang tiada lain adalah “pembawanya” – telah menjadi keyakinan dan ketetapan yang di muat dalam kitab-kitab setiap ajaran agama terdahulu dengan penuh sanjungan dan penghormatan. Kehadirannya (Muhammad) telah sangat di nantikan dan menjadi harapan kebaikan dan bisa mendatangkan kemuliaan bagi setiap umat manusia.


Penulisan artikel ini tidak bermaksud untuk menonjolkan agama yang satu di atas agama yang lain. Sebab, tulisan ini diharapkan bisa menjadi jalan untuk semakin terbukanya dialog antar umat beragama. Menjadi pencerahan bagi mereka yang tertarik dengan Islam dan sebagai wacana yang luas mengenai ajaran Islam, sehingga tidak perlu ditakuti ataupun di musuhi.


Kita sebagai umat beragama dengan ini semakin disadarkan untuk tidak beralasan yang kuat demi melakukan perselisihan dan menebarkan kebencian atas nama agama. Tidak ada alasan bagi kita untuk menyerang ataupun menghina orang lain yang kebetulan berbeda keyakinan dengan kita. Tinggal bagaimana kita bisa bersikap tenang dan menerima segala perbedaan. Dan bila kedatangan Rasulullah Muhammad SAW sebagai nabi dan utusan-Nya, yang membawa ajaran Islam bagi umat manusia sebagaimana yang telah di nubuatkan oleh agama Zoroaster, Hindu dan Buddha, maka hendaknya tidak ada perselisihan antar penganut ketiga agama ini dengan Islam, begitu pula sebaliknya.



“Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku” (QS. Al-Kaafiruun [109] : 6)

Semoga kita senantiasa berjiwa besar dengan hati yang lapang dan menjadi sosok yang bisa menerima segala perbedaan sebagai bentuk dari rahmat Tuhan. Amin.

Mashudi Antoro

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda