Bandung’s Lost Symbol
There is no Religion Higher than Truth
Hari minggu (16/01/10), dalam rangka survey jalur mooibandoeng, saya bersama Aleut!Berkesempatan menapaktilasi jalur yang sebenarnya sudah berkali-kali kami lewati, namun perjalanan dengan Aleut! kali ini memunculkan pengalaman baru bagi saya. Kami beristirahat di sebuah bangunan indah, yang saat ini dikenal sebagai gereja Albanus di jalan Banda 26. Saya sempat mengamati bangunan ini dan tiba-tiba pikiran saya terbawa ke dalam nuansa yang biasa saya dapatkan dalam novel-novel karya Dan Brown, ke dalam dunia okultisme yang misterius, penuh simbol, gelap, dan mistik.
Saya deskripsikan sedikit, bangunan ini merupakan karya Ghijsels yang desainnya rampung tahun 1918, dan dibangun tahun 1919-1920. Perlu diketahui bahwa arsitek yang sama dikenal membangun markas freemason di Batavia. Plakat di depan bangunan ini menyebutkan bahwa bangunan ini dibangun tanggal 25 Desember 1918. Seorang rekan Aleut! menanyakan apakah penanggalan tersebut memiliki arti tertentu mengingat kesamaanya dengan hari natal, saya belum berani memastikan, namun penanggalan tersebut tampaknya bermakna simbolik. Mengapa ? Karena bangunan bergaya romantik ini erat kaitannya dengan golongan mistis yang dikenal sebagai Kaum Theosophie. Suasana misterius bahkan terlihat dari tidak ditemukannya satupun jendela di bagian depanya.
Istilah Gereja ini mungkin asing bagi kita, tapi berdasarkan penelusuran saya, gereja ini mungkin termasuk dalam jaringan Gereja Katolik Bebas / The Liberal Catholic Church (LCC) yang didirikan oleh J. I. Wedgwood tahun 1904. Ia adalah mantan unskup Anglikan (Inggris) yang kemudian bergabung dengan gerakan teosofi, yang lebih condong kepada ilmu kebatinan dan okultisme. Ciri lainnya adalah, gereja ini mempercayai konsep reinkarnasi sepertihalnya ajaran Budha.
Walau mengambil nama Katholik, gereja ini tidak memiliki hubungan dengan Roma, dan dipimpin oleh “Sinode Keuskupan Umum/General Episcopal Synod” yang terdiri dari dewan uskup. Dewan ini bertemu setiap tiga tahun sekali. Kepercayaan LCC pada dasarnya sejalan dengan motto gerakan teosofi yang yang saya kutip di atas “There is no Religion Higher than Truth” dan utamanya pada pernyataan St. Augustinus :
“The identical thing that we now call the Christian religion existed among the ancients and has not been lacking from the beginnings of the human race until the coming of Christ in the flesh, from which moment on the true religion, which already existed, began to be called Christian.” (Retract I. XIII,3).
Pemilihan nama Albanus juga merujuk pada seseorang bernama Alban yang hidup di abad 3 Masehi, ia dikenal sebagai martir Kristen pertama di Inggris. Ia merupakan tokoh favorit dari aliran gereja bebas.
Sebelum berfungsi sebagai gereja bebas, gedung ini berfungsi sebagai loge teosofi. Maka tidak aneh apabila foto tahun 1930 menunjukan logo Bintang David di atas bangunan ini, sepertihalnya lambang gerakan teosofi internasional.
Gerakan Teosofi internasional sendiri berdiri pada tanggal 17 November 1875, dan baru diresmikan tanggal 3 April 1905. Tujuannya adalah sebagai berikut dikutip dari Memorandum of Association :
-Untuk membentuk persaudaraan universal yang terdiri dari unsur-unsur kemanusiaan, tanpa memandang perbedaan ras, keyakinan, jenis kelamin, kasta atau warna kulit.
-Untuk memajuka studi perbandingan agama, filosofi dan ilmu pengetahuan
-Untuk menginvestigasi fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan, dan kekuatan utama manusia.
Jejak gerakan teosofi di Bandung membawa kita ke dalam dunia gerakan okultisme yang dibawa oleh Belanda ke Hindia Belanda. Ada beberapa gerakan terkenal, salah satunya adalah Freemason/Vritmetselarij, yang jejaknya di Bandung berupa bangunan Loge Sint Jan, atau lebih dikenal masyarakat sebagai gedung setan. Bangunan ini telah dirubuhkan dan menjadi masjid Al Ukhuwah sekarang.
Lalu dimana letak keterkaitan teosofi dan freemason ? Kuncinya terletak pada tokoh Madame Bravatsky , dikenal sebagai pembawa paham teosofi ke Indonesia. Ia dikenal sebagai tokoh utama dalam sejarah Teosofi dan freemason Indonesia. Selain itu dikenal juga nama Annie Besant, yang diketahui pernah memimpin organisasi seperti freemason, teosofi, moeslim bond, gereja bebas (liberal church), dll.di Hindia Belanda.
Pada awalnya gerakan teosofi di Hindia Belanda masih berbentuk independen, hingga hubungan dengan gerakan yang sama di Belanda dijalin tahun 1901 . Namun keadaan politik masa itu membuat loge (cabang) di Hindia Belanda berkembang lebih pesat dibanding di negara pusatnya.
Berdasarkan catatan A. J. Cnoop Koopmans, sekjen Loge Belanda, loge di Hindia Belanda berhasil menarik banyak peminat, terutama kalangan elit Jawa. Ketertarikan mereka tentunya disebabkan oleh hubungan yang erat antara ajaran teosofi dengan Kejawen serta propaganda yang masiv.
Loge Bandung didirikan tanggal 29 Oktober 1908 dengan ketuanya G. Van Der Veen, dan sekertaris Mrs. Van Der Veen. Pada tahun 1912, tercatat juga sebuah loge yang beralamat di Jalan Banda No.9, dipimpin oleh J.A.H. van Leeuwen. Perlu diketahui juga bahwa Bandung merupakan pusat gerakan teosofi Hindia Belanda saat itu.
Pada tanggal 31 Oktober 1909, anggota gerakan teosofi Belanda termasuk di HB (Hindia Belanda) berjumlah 1.125 orang, pada tahun ini baru ada dua loge di Jawa, yaitu di Bandung dan Solo. Pada tahun 1909 tersebut, pada kongres di Bandung dilaporkan bahwa telah ada 445 anggota di Hindia Belanda, dengan rincian 271 Belanda, 157 pribumi, dan 17 Cina. Kongres tersebut juga menghasilkan majalah teosofi “Pewarta Theosofi”.
Pada tanggal 15 April 1912, didirikanlah Netherlandsche Indische Theosofische Vereenigingyang diakui sebagai cabang teosofi ke-20, dengan presidennya D. van Hinloopen Labberton. Pada tahun 1915, tercatat keanggotanya mencapai 830 orang, dan selanjutnya pada 1 Oktober1927, J. Kruisheer, sekertaris umum loge Hindia Belanda melaporkan anggota sebanyak 2.028 orang, dengan rincian 1.010 orang Eropa, 824 orang jawa dan 168 orang cina.
Gerakan teosofi berkembang dalam beberapa cabang, Pada April 1920 di Surakarta berdiriNetherlandsche Indische Theosofische Bond voor Opveeling en Onderwijs, dan selama lima tahun berikutnya berhasil merekrut 200 orang anggota. Gerakan ini mendirikan sekolah-sekolah yang namanya diambil dari tokoh-tokoh pewayangan. Di Bandung, gerakan ini mendirikan dua buah sekolah yaitu Ardjuna School dan sebuah sekolah untuk anak kecil “Abimanjoe School”. Dari pekerjaan selama lima tahun, mereka mendirikan kurang lebih 13 sekolah, dengan 50 guru dan 5000 murid. (C. Jinarajadasa, Golden Book of the Theosophical Society). Tokoh Teosofi, J.A.H. van Leeuwen juga diketahui mengepalai Kweekschool voor Indische Onderwijzers di Lembang.
Keanggotaan teosofi yang lebih banyak diisi kalangan elit, menjadi modal utama dalam melakukan gerakan dan propaganda. Loge Solo, misalnya berhasil mengumpulkan dana untuk menerjemahkan naskah Mahabarata ke dalam bahasa Jawa pada tahun 1930. Pada tahun yang sama, Loge Bandung berhasil mengumpulkan dana sebesar 25.000 gulden. Ini memicu pembangunan loge-loge lainnya, salah satunya adalah yang berada di jalan sumatra, namun saya tidak tahu persis bangunannya.
Gerakan teosofi yang bermarkas di India ini juga kental akan nunsa Hindu dan Budha, contohnya selama tiga tahun, Seorang teosofis Bandung keturunan Cina, Mr. Ong Soe Aan rutin mengorganisir upacara perayaan waisak di monumen Candi Borobudur. (Annie Wood Besant , Theosophist Magazine).
Melalui gerakan-gerakan yang bersifat pendidikan dan ekslusif, Tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan teosofi memberi sumbangan pada tumbuhnya nasionalisme Jawa/Hindia Belanda pada umumnya. Sejarah mengindikasikan beberapa tokoh nasional termasuk dalam kelompok teosofi/freemason seperti :
1. Raden Saleh dilantik pada tahun 1836 di loge Den Haag “Endracht Maakt Macht”
2. Abdul Rachman, keturunan dari Sultan Pontianak, dilantik tahun 1844 di Loge di Surabaya “De Vriendschap” dan Gedenkboek tahun 1917 terdapat keterangan bahwa dia adalah Mason pertama yang beragama Islam.
3. Pangeran Ario Soeryodilogo (1835-1900) menjadi anggota loge Mataram di Yogyakarta
4. Pangeran Ario Notokusuma (Paku Alam VI)
5. Pangeran Arionotodirojo (1858-1917). Masuk keanggotaan loge Mataram pada tahun 1887 dan memegang berbagai jabatan kepengurusan. Ia ketua Boedi Oetomo antara tahun 1911-1914. pada tahun 1913 ia mendirikan Sarekat Islam Cabang Yogya yang banyak beranggotakan elit Jawa.
6. R.M. Adipati Ario Poerbo Hadiningrat, yang pada awal abad ke 20 memangku jabatan bupati Semarang dan Salatiga. Bukunya yang terkenal adalah Wat ik als Javaan voor geest en gemoed in de Vrijmetselarij heb gevonden.
7. Raden Adipati Tirto Koesoemo Bupati Karanganyar. Anggota Loge Mataram sejak tahun 1895. ketua pertama Boedi Oetomo. Pada kongres ke dua Boedi oetomo, yang diadakan di gedung Loge Mataram, ia mengusulkan pemakaian Bahasa Melayu, mendahului Sumpah Pemuda.
8. A.H. van Ophusyen S.H. (1883-1956). Notaries dan anggota Dewan kota Batavia. Salah seorang pendiri dari indo Europees Verbond-Ikatan Indo Eropa. Wakil Suhu Agung untuk Indonesia.
9. Raden Mas Toemenggoen Ario Koesoemo Yoedha, 1882-1955, putra dari Pakoe Alam V. menjadi anggota loge Mataram pada tahun 1909 dan berkali-kali memegang jabatan kepengurusan. Pada tahun 1930 menjadi Anggota Pengurus Pusat.
10. Dr. Radjiman Wediodipoera (Wediodiningrat), 1879-1952. antara tahun 1906 dan 1936 dokter pada keratin Solo. Sarjana dan penulis mengenai falsafah budaya. Pejabat ketua Boedi Oetomo 1914-1915.
11. Sanusi Pane (Loge Bintang Timur Jakarta) dan Ki Hajar dewantara juga disinyalir anggota teosofi
Dapat disimpulkan, bahwa dibalik semua kesan negatif yang dimiliki aliran teosofi, setidaknya mereka menyumbang beberapa tokoh yang mengompori kemerdekaan Indonesia. Mari berpikir jernih, Tulisan ini saya susun hanya untuk kepentingan menambah wawasan, dan saya harapkah tidak ada penilaian atau sikap negatif terhadap pihak-pihak mungkin disebutkan secara tersirat/tersurat.
Source :
Annie Besant, Ed., 1909, The Theosophist Magazine, Madras : The Proprietors
H. P. BLAVATSKY, 1889, THE KEY TO THEOSOPHY, Theosophical University Press Online Edition
Herry Nurdi, 2007, Jejak Freemason & Zionis di Indonesia. Jakarta : Cakrawala Publishing
Harun Yahya, 2005, Ancaman global Freemasonry. Bandung : Syaamil Media
Web :
http://www.theosociety.org/pasadena/sd/sd2-2-12.htm
http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm
Google books :
C. Jinarajadasa, Golden Book of the Theosophical Society
Jean Gelman Taylor, The social world of Batavia: European and Eurasian in Dutch Asia
Society Theosophical Society, General Report of the Theosophical Society 1917
Nawab. A. Hydari, The General Report of the Fifty-Second Anniversary
Annie Wood Besant, Theosophist Magazine January 1930-April 1930, Theosophist Magazine September 1932-December 1932, Theosophist Magazine April 1933-June 1933, Theosophist Magazine Collection 1920-1955
C. Jinarajadasa, Theosophist Magazine February 1951-October 1951
M. Ryzki W.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda