Gempa Besar Tsunami Kecil, Mengapa?
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Museum Tsunami - Bangunan Museum Tsunami yang ada di Banda Aceh, Provinsi Aceh, nampak cukup megah jika dilihat dari luar. Kini Museum yang belum satu tahun beroperasi itu menjadi salah satu obyek wisata tsunami di Banda Aceh yang menarik minat pengunjung.
Gempa bumi kembali mengguncang wilayah Aceh, kemarin. Gempa pertama terjadi pada pukul 15.38 WIB, Rabu (11/4/2012), berkekuatan 8,5 skala Richter dengan pusat gempa 346 kilometer barat daya Simeulue. Gempa ini sedikitnya diikuti 16 gempa susulan. Selanjutnya, pada pukul 17.43 WIB, terjadi lagi gempa dengan kekuatan 8,8 skala Richter, berpusat di 483 kilometer dari Kota Simeulue. Gempa ini diikuti 11 gempa susulan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun mengeluarkan peringatan ancaman tsunami. Pada pukul 19.45 WIB, peringatan tsunami baru diakhiri. Nah, menilik gempa yang terjadi, sebenarnya kekuatannya tergolong besar. Dengan 8,5 skala Richter dan disusul 8,8 skala Richter, tsunami besar bisa saja terjadi. Namun, meski menimpa beberapa daerah, yaitu Meulaboh, Sabang dan Lahewa, ternyata tsunami yang terjadi adalah tsunami kecil.
Besarnya jauh lebih kecil dari tsunami pada tahun 2004. Mengapa? Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, alasan tsunami hanya berskala kecil terkait lokasi pusat gempa dan gerakan sesar. "Pusat gempa terjadi di luar zona subduksi," ungkap Sutopo dalam konferensi pers, Rabu (11/4/2012).
Zona subduksi adalah zona tempat bertemunya dua lempeng. Diketahui, gempa pertama dan sejumlah gempa susulan yang terjadi berpusat di sebelah barat zona subduksi, menjauh dari daratan Pulau Sumatera. Gempa kali ini berbeda dengan gempa Aceh pada 2004. Apabila pusat gempa berada di luar zona subduksi, potensi tsunami tetap ada, tetapi lebih kecil. "Gempa juga terjadi akibat sesar geser, bukan naik atau turun," ujar Sutopo menambahkan.
Ada tiga gerakan sesar, yakni vertikal, horizontal, dan miring (oblique). Gerak sesar vertikal lebih berpotensi mengakibatkan tsunami. Pada gempa kali ini, gerak sesar yang terjadi adalah miring, didominasi gerak sesar datar. Dengan demikian, tsunami bisa terjadi, tetapi sangat kecil.
Berdasarkan pemantauan BMKG, tsunami yang terjadi hanya setinggi 80 sentimeter di Meulaboh pukul 17.04 WIB dan 6 cm di Sabang pada pukul 17.00 WIB. Sementara itu, pantauan Bakosurtanal juga tak jauh berbeda. Di Meulaboh, tinggi tsunami hanya 1,02 meter sementara di Lahewa (Nias Utara) hanya 1 meter.
Kompas
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda