Mengenang Bandung Lautan Api di Tengah Euforia April Mop
Oleh : Afif Hendriawan
Halo-halo Bandung
Ibukota periangan
Halo-halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali
Tentu masih segar di ingatan kita lagu ciptaan Ismail Marzuki di atas, lagu tersebut beliau ciptakan untuk mengenang kembali salah satu peristiwa bersajarah perjuangan orang2 tua kita dahulu, khususnya peristiwa Bandung lautan api. Tapi apakah kita masih ingat tanggal berapa peristiwa itu terjadi?. Judul yang saya tulis di atas hanya perwakilan dari sekian banyak terlupakannya budaya dan kisah bangsa kita sendiri,. “Bandung lautan api ” yang mewakili berbagai peristiwa bersejarah bangsa kita dan “april mop” perwakilan dari trend-trend yang sedang booming di kalangan muda sekarang ini.
Terlupakannya peristiwa penting bangsa sendiri, dan maraknya perayaan budaya asing, seperti valentine, Halloween. Saya ingat benar euphoria yang bener2 wow di televisi di radio, dan media lainnya, ketika betepatan dengan tanggal2 perayaaan yang sama sekali bukan budaya kita, bahakan dari segi manfaat pun “blong kotong” , seperti valentine, heloween (bener ga ni tulisannya), april mop etc etc. yang lebih parah yang larut dalam kegembiraan itu justru para generasi muda kita (terutama valentine bagi yang punya pacar).
Lha terus,..? apakah ada yang ingat tanggal 24 maret kemarin dalah hari peringatan peristiwa penting? (jujur penulis juga lupa, sampai di ingat kan sama teman “astaghfirullah” ) . ketika saya bicarakan dengan seorang teman yang lain pun dia malah berkomentar, “ah udah lewat, mending mikir besok “ saya pun bertanya emang ada apa besok? Dia pun menjawab ngerjain orang kan April Mop (tapi ternyata sudah di ambil alih oleh kenaikan harga BBM).
Peristiwa Bandung lautan api
Saya pun melihat dan membaca kembali tentang peristiwa di akhir maret, tepatnya 24 maret 1946, kota Bandung Jawa barat menjadi lautan api, akibat Rakyat yang tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan oleh oleh pihak Inggris dan Belanda yang ingin kembali menduduki Indonesia yang telah memproklamasikan kemrdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 . Mereka memilih mengungsi ke arah selatan bersama para pejuang. Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III, mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan rakyat untuk meninggalkan Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota.
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakannya lagi. Di sana-sini asap hitam mengepul membubung tinggi di udara. Semua listrik mati. Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud menghancurkan gudang mesiu tersebut. Untuk itu diutuslah pemuda Muhammad Toha dan Ramdan. Kedua pemuda itu berhasil meledakkan gudang tersebut dengan granat tangan. Gudang besar itu meledak dan terbakar, tetapi kedua pemuda itu pun ikut terbakar di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan maka pada jam 21.00 itu juga ikut keluar kota. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota. Dan Bandung pun berubah menjadi lautan api.
Pembumi hangusan kota Bandung tersebut merupakan tindakan yang tepat, dan tentu saja bukan Karen menyambut april mop, rakyat tentu saja tidak rela penjajah kembali menduduki tanah air, dan karena kekuatan TRI dan rakyat tidak akan sanggup melawan pihak sekutu yang berkekuatan jauh lebih besar. Selanjutnya rakyat lebih memilih bergabung dengan TRI melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung.
Begitu gigihnya para orang tua kita dahulu mempertahankan tanah air, bahkan keputusan membakar rumah, harta benda, dan tanah kelahiranpun di jalankan, bukan keputusan mudah tentunya. Tetapi demi kehidupan anak cucu yang jangan sampai terjajah kembali, mereka pun membakar rumah , mengungsi dan kembali bergerilya untuk mengusir sekutu yang hendak kembali menjajah Indonesia. apalah arti Rumah bagi mereka yang bisa di bangun kembali dan harta benda yang bisa di cari lagi dengan kemardekaan bagi anak cucu mereka agar kehidupan anak cucu mereka menjadi lebih baik.
Peristiwa besar seperti ini juga terjadi di berbagai kota di Indonesia. Dengan cara yang berbeda tapi dengan tujuan yang sama yaitu usir penjajah dari bumi Indonesia. Untuk siapa mereka berjuang, apakah demi medali atau penghargaan? Tentu Tidak, harapan orang tua-orang tua kita dahulu sangat sederhana. Mereka menginginkan agar kehidupan generasi penerus mereka lebih baik, dan tidak terjajah oleh bangsa lain. Apakah mereka juga meminta untuk di kenang, saya pun yakin mereka tidak mengharpkan hal tersebut. Tetapi jika mereka tidak menginginkan pantaskah kita melupakannya begitu saja,
Begitu mudahnya kah bangsa kita di “serang”.?
Masih teringat di benak saya masa kecil saya bagaimana semaraknya perayaan hari peringatan perjuangan, di sekolah2 siswa2 menyanyikan lagu2 perjuangan dan lagu2 perjuangan menjadi lagu yang biasa dinyanyikan, dan di media 2. Di televisi saat itu ketika hari peringatan peristiwa perjuangan, film perjuangan pun menjadi tontonan wajib dan penontonnya pun sangat antusias. Tetapi jika melihat keadaaan yang terjadi sekarang ini, seiring pesatnya kemajuan teknologi terutama media massa, dengan banyaknya media kebudayaan asing yang masuk kemedia kita, apa yang terjadi? Kita seolah-olah latah mengikuti tren yang sedang booming. Bukan hanya di daerah perkotaan di pedesaan pun banyaknya kaum muda yang mengikuti apa yang menjadi tren. Dan yang lebih parah mereka yang tidak mengikuti di anggap tidak “gaul” tidak modern dsb.
Mungkin jika ada yang bertanya bagaimana jika Negara kita di serang oleh Negara lain banyak dari kita yang bisa mengatakan pertahanan kita kuat rakyat kita mempunyai nasionalisme tinggi. Bahkan ada yang memberikan contoh dulu rakyat melawan penjajah dengan bekal bambu runcing melawan tentara yang bersenjata lengkap saja sanggup apalagi sekarang yang persenjataannya sudah “lengkap” dann modern. Tetapi kemudian timbul pertanyaan dalam benak saya, yang berjuang itu siapa? Yang berjuang kan pendahulu kita. Apakah kita bisa seperti pendahulu kita? Mengenang peristiwa perjuangan Mereka pun kita kita lupa malah lebih senang merayakan yang bukan milik kita. Bahkan kebudayaan itu dari Negara yang pernah menjajah kita.
Dari langkah yang sangat kecil berupa tulisan saya ini, marilah kita melihat lagi, betapa para pendahulu kita dalam memperjuang kan kemerdekaan anak cucu mereka yaitu kita, tidak memperdulkan apa yang mereka korbankan yang tentu saja tidak sedikit, yang bahkan rumah dan harta benda mereka. Mungkin tidak harus kita mengadakan perayaan besar-besaran, paling tidak marilah kita ceritakan kisah ini ke anak cucu dan penerus kita, lihatlah kakek buyutmu nak mereka berjuang mati-matian apapun mereka korbankan, dan lihatlah yang sekarang enkau rasakan nak, inilah hasil perjuangan mereka . kenanglah mereka doakan mereka. Pelihara dan jagalah apa yang mereka perjuangkan dan wariskan untukmu Dan ceritakan kisah gagahnya mereka pada anak cucumu pula. Jangan pernah berpikir kisah perjuangan ada lah tanggung jawab guru sejarah, karena hanya akan berakhir di lembar kertas ujian.
LKPK
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda