Jumat, 06 April 2012

Prasasti Bok Teko

1333689423144376280


Sekilas prasasti ini tidak menarik, catnya telah mengelupas letaknya di pinggir sungai dekat kampung Sudiroprajan seputar Pasar Gede, Solo. Namun dibalik bentuknya yang tidak menarik ternyata Prasasti Bok Teko menyimpan sejarah yang sarat filosofi.

Prasasti Bok Teko ini dibangun pada pemerintahan Pakubuwono X. Berdasarkan mitos yang beredar di kampung Mijen kelurahan Sudiroprajan tutup Teko pemberian Paku Buwono X jatuh di jembatan sungai kecil yang melintasi yang melintasi kawasan tersebut.

Teko sendiri mempunyau sarat makna, teko adalah simbol dari masyarakat, sedangkan tutup teko adalah simbol dari penguasa. Jadi teko dan tutupnya menyimbolkan masyarakat dan penguasa yang harus bersatu padu untuk mewujudkan hidup yang tenteram dan sejahtera.

Ikon teko sendiri sampai sekarang masih dipakai sampai sekarang oleh masyarakat Tionghoa sekitar Sudiroprajan saat perayaan imlek. Kirab sudiro yang menjadi tradisi tahunan masyarakat Tionghoa Sudiroprajan, selain menampilkan hiburan Barongsai, Liong, reog, mereka juga selalu membuat lampion teko besar yang disebut lampion Bok Teko. Hingga saat ini tradisi tersebut masih terjaga, namun semoga tradisi ini jangan pernah kehilangan maknanya. Tugas kita adalah mempelajari, menjaga, dan melestarikan tradisi yang telah anda.

Mariska Apriani

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda