Kamis, 12 April 2012

Cinta Buta Bondowoso

13342136621746028358

candi boko, ex kerajaan raksasa pemakan manusia




Seingat saya, sewaktu SD, cerita kisah candi Prambanan, selalu disertai cerita kisah cinta abnormal dari Bandung Bondowoso dan Rara Jonggrang. Dimana pada waktu itu saya sempat berasumsi bahwa Rara Jonggrang adalah gadis lemah teraniaya dan cerdik menggagalkan cinta paksa Bandung Bondowoso. Setelah saya kumpulkan berbagai cerita dari googling. Inilah kesimpulan saya.

Menurut wikipedia tokoh Rara Jonggrang (ejaan alternatif: Loro Jonggrang; Lara Jonggrang) adalah sebuah legenda atau cerita rakyat populer yang berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta di Indonesia. Cerita ini mengisahkan cinta seorang pangeran kepada seorang putri yang berakhir dengan dikutuknya sang putri akibat tipu muslihat yang dilakukannya. Dongeng ini juga menjelaskan asal mula yang ajaib dari Candi Sewu, Candi Prambanan, Keraton Ratu Baka, dan arca Dewi Durga yang ditemukan di dalam candi Prambanan. Rara Jonggrang artinya adalah “dara (gadis) langsing”.

Sedangkan Bandung Bondowoso sendiri di wikipedia diceritakansebagai berikut. Konon di Jawa Tengah terdapat dua kerajaan yang bertetangga, Kerajaan Pengging dan Kerajaan Baka. Pengging adalah kerajaan yang subur dan makmur, dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana bernama Prabu Damar Maya. Prabu Damar Maya memiliki putra bernama Raden Bandung Bondowoso (Bandawasa) yang gagah perkasa dan sakti. Sedangkan kerajaan Baka dipimpin oleh raja danawa (raksasa) pemakan manusia bernama Prabu Baka. Prabu Baka dibantu oleh seorang Patih bernama Patih Gupala yang juga adalah raksasa. Meskipun berasal dari bangsa raksasa, Prabu Baka memiliki putri cantik bernama Rara Jonggrang.


Dari data di atas dapat disimpulkan:


1. Rara Jonggrang adalah keturunan Raksasa pemakan manusia (Prabu Baka)


2. Rara Jonggrang cantik dan langsing



3. Rara Jonggrang melakukan tipu muslihat


4. Bandung Bondowoso anak raja (manusia) bijaksana (Prabu Damar Maya)


5. Bandung Bondowoso sakti dan berhasil menang melawan raksasa


6. Bandung Bondowoso berusaha menikahi anak raksasa yang sudah dibunuhnya dalam perang


Jika kurang jelas bisa anda baca kisahnya di internet, tentang perjuangan cinta (buta) Bandung Bondowoso terhadap Putri Rara Jonggrang. Silakan di Google saja.



Nah the moral of the story are:


1. Jangan percaya turunan raksasa, apalagi jika anda sudah membunuh bapaknya dan merebut kerajaannya


2. Jangan cinta membabi buta, ingat bibit, bebet, bobot. Jika kesampaian Bandung menikahi Jonggrang, bukan tidak mungkin punya anak yang akan bermasalah dengan giginya, dikarenakan masih punya kakek raksasa pemakan manusia


3. Bondowoso juga harus waspada sepanjang usia jika menikagi Roro Jonggrang, siapa tahu sifat raksasanya muncul dan dia dijadikan camilan oleh Roro Jonggrang


4. Ingatlah, sebatas mana anda akan membuktikan cinta anda. Jika memang cinta harus dibuktikan, buktikan secara bijaksana. Tidak perlu membangun 1.000 candi dalam semalam, dll. Cukup membawakan martabak atau hal lain yang lebih sepele.



5. Kisah cinta gagal ini sebenarnya memalukan, ditolak cinta dan mengutuk sepertinya juga kurang bijaksana. Tapi saya sendiri juga akan mengutuk jika nasibnya ditipu seperti Bandung Bondowoso.



1334214821188132842

kolam di candi Boko, mungkin Roro Jonggrang suka nyemplung di sini



Dan setelah direnungkan, akhirnya muncullah simpati saya kepada Bandung Bondowoso:


Saya bisa memahami kekecewaan saudara Bandung Bondowoso. Anda dapat membayangkan? Jika anda semalam suntuk tidak tidur untuk menyelesaikan sebuah misi absurd dan tidak masuk akal, tetapi anda bisa menyelesaikan 99.9%nya (dari 1.000 candi yang diminta 999 terselesaikan), dan berakhir ditolak dengan kelicikan? Sudah selayaknya Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu. Emosi orang yang begadang semalaman dan kelelahan menjadi mandor mahluk gaib, bukan hal yang main-main. Memandori manusia saja sudah melelahkan. Ini di jam kerja yang tidak wajar pula. Bagaimana mungkin Bandung Bondowoso bisa bersabar dan bersikap bijak menanggapi aksi tipu-tipu Roro Jonggrang.


Saya bisa memahami kesedihan saudara Bandung Bondowoso. Dia adalah lelaki yang ditipu oleh konspirasi wanita. Ingatlah pada cerita itu, para wanita menabuh lesung sehingga ayam jago (yang saya yakin bukan bagian dari konspirasi mengingat dia adalah ayam jantan) berkokok. Membuat para mahluk gaib yang membantunya lari tunggang-langgang, mengira matahari hendak terbit. Sayang sekali para mahluk gaib tersebut tidak mengenakan jam tangan sehingga bisa menyadari trik dari Roro Jonggrang dan para feminis yang mendukungnya.


Saya bisa memahami kemarahan saudara Bandung Bondowoso. Dia adalah lelaki yang sebenarnya menyadari bahwa dia menghadapi wanita matre, yang meminta 1.000 bangunan dalam semalam. Sehingga dia harus berjuang mewujudkannya. Jika akhirnya mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu, itu sudah sepantasnya. Mungkin jika itu terjadi di zaman ini, sudah terjadi kasus pidana. Kenapa pula Roro Jonggrang tidak menolaknya saja? Kenapa Roro Jonggrang tidak mengajaknya TTM saja? Toh saya yakin Bandung Bondowoso akan sangat happy berTTM dengan Roro Jonggrang yang memang sexy. Asal saja Roro Jonggrang tidak berusaha menolak Bondowoso dengan tolakan ala anak SMP,”Kita jadi adik kakak saja ya?”. Kalau itu sih sial banget. Adik kakak kan sebuah hubungan nirlaba. Ngga ada acara ngelaba sedikitpun. Bisa-bisa Jonggrang bukan dikutuk jadi batu tetapi jadi pal jalan Yogya – Prambanan.



Saya bisa memahami kegalauan Bandung Bondowoso. Jika kita selusuri, Bandung Bondowoso bukan orang sembarangan, dia setara dengan Doktor jika kita samakan dengan pendidikan jaman sekarang. Dia bisa kita anggap sebagai Bandung Bondowoso, MSc, PhD – Master of Sihir candi – Pengendalian mahluk Halus dan Demit. Jadi tidak main-main. Kenapa pula Roro Jonggrang musti menolaknya? Jika 999 candi bisa selesai semalam, tentu mereka akam mudah membuat 999 Alphard dalam sehari, atau jika Roro Jonggrang mau, bisa saja mereka membuat Ferarri sebanyak milik Sultan Brunei. Sunguh sangat mengecewakan jika dia malah melupakan sifat matrenya dan mengajak wanita-wanita desa memukul lesung.


Saya bisa memahami pula jika banyak Bandung Bondowoso di era ini. Banyak sekali kisah mirip dengan Bandung Bondowoso dewasa ini. Entah membangun apa, meriset apa, membersihkan apa, dan melakukan apa. Sudah 99.9% selesai, ternyata dianggap gagal. Dan monyet yang datang menumpukkan batu terakhir setara 1% lah yang mendapat applause dan pujian.


Saya bisa memahami juga adanya Roro Jonggrang masa kini. Roro Jonggrang masa kini tidak harus wanita, mereka bisa saja pria bahkan mahluk diantara keduanya. Mereka tidak bisa menghargai kerja keras orang lain. Berusaha menggagalkannya demi kepentingannya sendiri. Mempermainkan sejarah sehingga Roro Jonggrang terimaji sebagai mahluk lemah yang tertindas dan dikutuk menjadi batu. Mereka mengambil 1% pekerjaan orang lain dan menganggapnya hasil kerja kerasnya. Mereka membiarkan orang lain berkeringat dan menolaknya di saat akhir.


Saya melihat sejarah dan dongeng bahkan fiksi telah dibelokkan. Bandung Bondowoso seharusnya menjadi pahlawan. Setidaknya bagi kaum maskulin. Setidaknya bagi orang yang pernah tersia-sia oleh lawan jenisnya. Setidaknya oleh orang yang masih mau menghargai kerja keras orang lain.Setidaknya setelah anda menyelesaikan membaca kisah ini, pandangan anda akan Bandung Bondowoso akan berubah.


Demi semua kebenaran saya menuliskan ini. Sosok Roro Jonggrang membuat kita silau. Sudah saatnya kita semua membaca kebenaran. Menghargai sejarah sebagai lakon yang tidak perlu dipojokkan tokoh yang dianggap jahatnya. Dan tidak perlu juga kita terlalu memuji sang lakon baiknya. Semua punya sisi baik dan jahatnya masing-masing.


Saya sedikit banyak juga memahami kalau Roro Jonggrang berusaha menolak Bandung Bondowoso dengan segala cara karena tampilan fisiknya. Dia dibesarkan di lingkungan raksasa, jelas fisik Bandung bondowoso sudah out of spec, buat Roro Jonggrang. Kegalauan Bandung Bondowoso justru menyalakan sifat iseng-iseng wanita ini. Meminta hal yang tidak mungkin. Ketika ternyata bisa dipenuhi, takutlah dia, dan melakukan hal-hal licik. Hal kurang terpuji, tetapi mungkin bagi sebagian orang adalah perbuatan heroik kaum wanita. Para pria yang agak feminin pasti menyetujui perbuatan Roro Jonggrang, wanita apalagi. “Emang si Bandung tampangnya nggak banget dueh!”, kata beberapa wanita pendukung Roro Jonggrang. Lho? Emang mereka pernah ketemu Bandung Bondowoso? Kalau penampilan fisik si Bondowoso sudah enggak banget, kenapa pula dia minta candi? Apa ngga ada yang lain? Anggota DPR MPR minta laptop, rakyat Indonesia minta BBM tidak naik, Angelina Sondakh minta simpati publik, Manohara minta Alphard, kenapa pula si Jonggrang minta candi? Seribu pula mintanya! Apakah Roro Jonggrang ada affair dengan dinas purbakala? Ataukah dia memang semabuk driver Xenia itu? Saya sungguh heran.. Sampai saat ini saya belum bisa memahami kenapa Roro Jonggrang minta candi?


Bagi saya, Bandung Bondowoso tetaplah seorang sosok pahlawan pembasmi raksasa pemakan manusia yang terbutakan oleh cinta pada pandangan pertama. Bagaimana dengan anda?


133421386761375207

Candi Prambanan dilihat dari candi Boko

Daniel Tanto

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda